Rabu, 25 September 2013

Akhlaq

Mata, tangan, hidung, telinga, kaki, dan anggota badan lainnya, tidak memiliki makna apa pun di hadapan Allah SWT jika yang punya tidak memiliki akhlak baik. Hanya akhlaklah yang menjadikannya sebagai manusia sejati atau sebaliknya sebagai binatang sejati. Itulah intisari dari tindak ¬tanduk rnanusia yang akan dinilai Allah SWT di hari perhitungan kelak. Islam sebagai agama rahmatan lil alamin memiliki misi pokok untuk mengentaskan manusia dari akhlak yang buruk (al-akhlaq al-madzmumah) menuju akhlak yang balk (al-akhlap al-mahmu¬dah). Dengan akhlak yang balk ini, diharapkan manusia maupun makhluk lainnya, akan mendapat kemanfaatan bukan malah kemudharatan. Untuk itu, keseluruhan bi'tsah Rasulullah SAW secara khusus diorientasikan li utammima makarim al-akhlak (untuk menyem¬purnakan akhlak). Dalam sabda-sabdanya, Rasulullah SAW juga acap mewanti-wanti kepada umatnya untuk senantiasa berakhlak baik. Dalam Hadis Riwayat Imam al-Tirmidzi, Imam Ahmad bin Hanbal, dan Imam al-Darimi dari Abu Dzarr al-Ghiffari, Rasulullah SAW memerintahkan, "Berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik." Ini menunjukkan, akhlak yang balk memiliki timbangan tertentu baik di hadapan Allah SWT maupun di hadapan manusia. Dengan demikian, diharapkan akhlak yang balk akan selalu menjadi pijakan dalam bertindak di tengah masyarakat. Rasulullah SAW sendiri, misalnya, dikenang hingga kini di seluruh jagad oleh miliaran manusia, bukan saja karena ajaran keagamaan yang diembannya, melainkan terutama karena kemu¬liaan akhlak yang dimilikinya. Ketika kaum musyrik Makkah menganggapnya gila atau epilepsi, Rasulullah SAW menang¬gapinya dengan senyuman. Ketika kaum musyrik itu melemparinya dengan kotoran unta, Rasulullah SAW membalasnya dengan doa untuk kebaikan mereka. Pun ketika ada yang meludahinya tiap hari, Rasulullah SAW justru menjadi orang pertama yang membesuknya tatkala peludah itu sakit. Karenanya, tepat sekali Allah SWT menyebut¬nya dengan wa innaka la ’ala khuluqin ‘adziim (sesungguhnya kamu Muhammad memiliki akhlak yang agung). Itulah yang menjadikan Rasulullah SAW sebagai manusia sempurna. Bahkan, dalam hadis riwayat Aisyah RA disebutkan, akhlak Rasulullah SAW adalah Alquran. jadi, apa yang dipraktikkan Rasulullah SAW sehari-hari merupakan ajaran-ajaran Alquran itu sendiri dan mencirikan makna sejati Islam yang damai. Untuk itu, sebagai umatnya, kita harus meneladani akhlak mulia yang dicontohkan Rasulullah SAW itu, sebisa mungkin. Dengan akhlak mulia ini, diharapkan kedamaian dan ketenteraman di muka bumi ini akan tercipta. Itulah sejatinya alasan mengapa Islam diturunkan ke muka bumi ini. Wa Allah a'lam bi al-shawab.

Selasa, 24 September 2013

Friendship



Sahabat ...
Persahabatan yang kita jalani ini semoga kekal, dan saling mengingatkan saling memahami antar satu dengan yang lain. Tentu ada gesekan ataupun missunderstanding antar kita, namun hal itu dapat diselesaikan dengan terus terang diungkapkan dalam forum ketika kumpul evaluasi.
Itulah sahabat ......
Tawa canda bareng
Suka duka bareng  
Thanks for All